Tema yang menarik, hehehe...
Sejak masa kecil (umur 4 tahun), gue udah terbiasa merantau/pindah tempat. Aslinya gue dilahirkan di Banjarnegara, Jawa Tengah. Bapak adalah orang asli Ngayojokarto Hadiningrat dan ibu gue berasal dari Banjarnegara.
Dimulai saat bapak ditugaskan ke Banda Aceh selaku PNS di dinas kesehatan pada tahun 1981. Gak lama disana, kemudian bapak ditugaskan ke Meulaboh, Aceh Barat hingga beliau pensiun sampai sekarang.
Jadi masa2 kecil gue lebih banyak dihabiskan di negeri Nangro Aceh Darussalam, negeri keselamatan/sejahtera :-)
Gue sempat sekolah TK di Banda Aceh. Yang paling gue ingat sewaktu sekolah disini adalah gue ngalamin pertama kali secara sadar "gempa bumi besar". Sewaktu itu gue sama guru tiarap diluar sekolah. Menyeramkan juga. Kelak waktu gue kuliah, topik "gempa" menjadi bahan tugas akhir gue buat sidang sarjana hehehe.
Gue menghabiskan masa sekolah dasar (6 tahun), tepatnya Madrasah Ibtidaiyah (MI), di MIN Drien Rampak, Meulaboh, Aceh Barat. Alhamdulillah, karena bapak punya perhatian besar terhadap islam, preferensi beliau selalu menyekolahkan gue ke sekolah2 yang berbasis islam. Thanks to Allah and my Father!
Eh..ngomong2 pada tahu kan dimana "Meulaboh" itu ? Sebagai info, meulaboh ini sempat melambung namanya secara internasional sewaktu kejadian tsunami besar 26 Desember 2004 di Aceh. Nah..sekarang pada tahu kan lokasinya ? hehehe
Di kota itulah gue bersama dua adik, menghabiskan masa2 kecil, dengan bermain dan berinteraksi dengan teman2 dari Aceh. Kami kan pendatang (dari Jawa) di kota ini. Namun sejak dari kecil, social skill sudah mulai terasah karena terbiasa hijrah ke tempat2 baru, sehingga alhamdulillah secara pergaulan gue selalu punya banyak teman dan menikmati persahabatan yang ada. Mungkin satu buku sendiri ya kalo gue nulis masa kecil di kota meulaboh ini hehehe. Hm...mungkin yg paling bakal diingat dalam sejarah hidup gue, bahwa di sekolah MIN inilah...calon isteri gue juga bersekolah, tepatnya dia adalah adik kelas gue :-) Dan entah mengapa dengan dialah gue berjodoh dan memiliki anak 3 sampai sekarang. Hanya Allah yg Maha Tahu. Subhanallah ...
Selepas pengumuman ujian akhir, gue diarahkan bapak agar melanjutkan sekolah ke jawa saja. Tepatnya ke pesantren. Nah...siap2 merantau lagi nih gue, walau sebenarnya rada aneh juga..wong gue emang aslinya orang jawa..masak mondok ke jawa dibilang merantau hehehe. Menurut gue sih masih dlm kontek merantau, soalnya gue bakal berjauhaaannnn banget sama bapak dan ibu serta adik2 (bayangin aja kota meulaboh di ujung barat indonesia dengan kota muntilah di jawa tengah). Wah...tega nih bapak, hehehe.
Kenapa kok dapat di muntilan ? Takdir juga dari Allah, rupanya pengeluaran ijazah MIN di aceh gak bersamaan dengan di jawa. Jadi gue ditolak masuk di pesantren Gontor (Jawa Timur) dan As-Salam (Solo). Padahal dua pesantren ini sangat beken di jagat per-pesantren-an hehehe. Yah..terima aja deh.
Nah..sempat juga sih sowan ke pondok pabelan, tetanggaan ama muntilan, dan pondoknya lebih top. Tapi, concern dari bapak waktu itu...pondok pabelan gak ada ijazah sekolah umumnya nanti, jadi kalo mo lanjut ke sekolah umum bakal sulit/tdk mungkin. Alhamdulillah, di pesantren Al-Iman, muntilan inilah gue diterima jadi "santri" (gitu loh). Hehehe..sebuah title yg sangat membanggakan gue dan bapak !
Cuman 3 tahun gue mondok disini di tingkat Madrasah Tsnawiyah (MTs), walau sebetulnya programnya adalah 7 tahun supaya lebih mumpuni jadi santri yg siap mengabdi pada masyarakat dan agama. Namun lagi2...takdir Allah juga, sekaligus jadi turning point gue waktu itu...memutuskan untuk melanjutkan studi ke bidang ilmu2 umum. Tepatnya gue melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 2 di Yogyakarta. Nah tuh ... merantau lagi kan? hehehe...walau yogya ke muntilah 27 km, kan tetap aja jauhan sama ortu...ya merantau lagi lah hehehe.
Sebuah kebanggaan juga bisa sekolah di kota yogyakarta, kota yang terkenal dgn sebutan "kota pelajar". Benar juga sih menurut gue, soalnya dimana-mana banyak kos2an pelajar/mahasiswa hehehe.
Jujur aja, yogya waktu gue SMA, kotanya enak sekali ditinggali. Kota yg santai, nyaman dan penuh cita rasa seni. Orang2nya ramah tamah, apalagi jaman itu (masa presiden Soeharto) adalah jaman "Visit Indonesia Year", jadi banyak juga bule2 sowan ke yogya, sehingga keramahtamahan yogya cukup diandalkan untuk menggaet lebih banyak turis ke kota gudeg ini.
Gue tinggal di kota yogya selama 4 tahun. Loh..kok bisa 4 thn, bukannya SMA kan 3 thn doank? Wah...bram tinggal kelas ya hehehe. Soalnya setahun lagi gue sempat kuliah di UGM, dapat hadiah PMDK (penelusuran minat dan kemampuan), masuk jurusan Elektronika dan Instrumentasi (ELIN). Cuman sayangnya waktu tahun gue masuk, tiba2 aja jurusan ini dibubarkan dan para mahasiswa yang kadung udah masuk kesini, digabungkan dengan jurusan Fisika. Lagi2 takdir Allah juga ya... kemudian kasus ini jadi trigger gue untuk hijrah lagi, hehehe.
Ya...akhirnya gue merantau lagi. Tepatnya ke kota bandung, jawa barat. Alhamdulillah gue diterima di jurusan teknik sipil ITB pada tahun 1996. Loh..dari jurusan ELIN kok malah ke Sipil ? kan gak nyambung ... hehehe. Apa mau dikata, pilihan pertama gue di Teknik Elektro ITB gak tembus, diterima di Sipil. Yah..diterima aja, malah dengan rasa syukur yang tinggi, soalnya kalo gak diterima sama sekali...takdir hidup gue mungkin lain lagi ceritanya :-)
Nah merantau lagi kan gue? Dari kota yogyakarta ke kota bandung. Kota parahyangan, kota yg jauh lebih sejuk dari yogya, kota pelajar juga dan kota yg bakal gue tinggalin sampai gue jadi sarjana.
Alhamdulillah karena udah terbiasa gonta ganti tempat tinggal, gue lancar2 aja beradaptasi dengan kota bandung. Gue menikmati sekali suasana tinggal disini, bahkan saking pengen coba2, selama 4.5 thn gue pindah2 kos 4 kali ada kali ya hehehe. Ini mah benar2 nomaden hahaha. Kos yg pertama di taman sari, lalu pindah ke sedang serang. Kemudian pindah lagi ke jalan sumur. Dan terakhir sebelum wisudaan, ngekos di jalan cisitu (tempat Haji Ibrahim). Dari perpindahan kos2an ini aja, gue banyak belajar mengenai karakter orang dan juga pertemanan di masing2 kos2an hehehe.
Pokoknya, merantau itu keren deh. Disambung ya nanti ke bagian 2.
Salam,
Bram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar