Kalo bagian pertama banyak mengisahkan tentang merantau pada masa sekolah, kali ini di bagian dua gue pengen sharing pengalaman merantau sewaktu bekerja sebagai engineer.
Oh ya..sebelum kejauhan, ngomong2 apa sih yang jadi motivasi utama sehingga enjoy banget merantau ke negeri orang ? Inilah point-point inspiratif dari Imam Syafi'i rahmatullah 'alaihi :
1. tidaklah berdiam di tempatnya orang2 berakal dan beradab, dari rehatnya dia berpisah dan dari negerinya dia mengasingkan diri.
2. berpergianlah, akan kau temukan pengganti yang telah engkau tinggalkan, berusahalah, sungguh kenikmatan hidup ada pada kerasnya usaha.
3. sungguh aku melihat diamnya air merusakkannya, bila bergerak ia jernih, bila tak mengalir maka ia tak menyehatkan.
4. dan singa yang tak tinggalkan sarangnya takkan memangsa, dan panah yang tak terlepas dari busurnya takkan mengena.
5. dan matahari yang bertetap pada peredarannya, tentu akan menjemukan manusia, baik dari ajam maupun arab.
6. dan biji emas tak ada bedanya dengan biji tanah saat tercampur di tempatnya, kayu gaharu terserak di tanah pun serupa dengan kayu bakar.
7. bila kau pisahkan biji emas dari tanah, maka mulia dia dan dicari, bila kau pisahkan kayu gaharu dari kayu bakar, ia akan seharga emas.
Gimana, keren gak kata-katanya ?
Pertama kali gue kerja sebenarnya di Jakarta, maret tahun 2001. Alhamdulillah banget, tepat setelah wisuda 10 Feb 2001, dengan berlibur sebentar (2 mingguan) gue diterima di sebuah kontraktor, namanya PT Decorient Indonesia pada tgl 1 Maret 2001, kantornya ada di jalan gatot subroto, satu gedung dengan LIPPO Grup. Perusahaan ini sebenarnya induknya ada di Belanda (Beton Group), core bussinessnya adalah konstruksi bangunan dermaga/jetty, pabrik dan gedung bertingkat. Tau gak, berapa gaji pertama gue ? Alhamdulillah tertulis di kontrak Rp 1,100,000.0. Menurut pembaca, thn 2001 itu sudah representatif belum ya gaji segitu buat profesi engineer (entry level) ? hehehe
Wah..dari sejarah merantau gue, cukup berat juga tinggal di jakarta. Sangat berbeda jauh dengan Yogya dan Bandung (pada masa gue sekolah lho, karena mungkin yogya dan bandung yang sekarang juga sudah sangat lain hehehe). Kota jakarta adalah ibu kota indonesia, kota metropolitan yang sangat padat penduduknya. Kalo gak salah sampai hari ini sekitar 9.5 juta jiwa. Karena kelambanan pemerintah menyediakan sarana infrastruktur (kelak kalo gue sempat, akan ada tulisan khusus mengenai ini...yang berhubungan dengan BBM), jakarta terperangkap dalam "kemacetan". Thn 2001 itu sudah terasa banget macetnya, apalagi sekarang ya ? hehehe.
Hm..sayangnya ibu kotaku, engkau tampak seperti nenek tua yang keriput dan tidak menarik.
Sewaktu gue kerja di jakarta, gue sempat tinggal di rumah tante gue (Tante Ida) di perumahan taman asri, ciledug, tangerang. Cukup tahan sekitar sebulanan...soalnya dari ciledug ke kantor itu, terkena macet yg cukup parah juga. (Tapi alhamdulillah, sekarang di ciledug sudah hampir selesai di bangun jalan TOL yang terkoneksi ke JORR dan juga gue baca ada rencana mau di bangun angkutan busway di sepanjang jalan ciledug hehehe). Abis itu gue pindah dan cari kos di dekat perbanas. Lumayan murah, sekitar Rp 200,000.0 per bulan hehe. Cuman maaf-maaf ya, godaan di kos situ, masyaAllah deh,...iman gue ciat ciut disitu hihihi. Yah...apa mau di kata, dgn gaji segitu masak gue mo cari apartemen ? hahaha....itu mah lebih besar pasak daripada tiang, pasaknya seukuran bendungan lagi hahaha.
Takdir Allah lagi, tiba2 Engineering Manager gue menugaskan gue dikirim ke site, tepatnya di Pasuruan, Jawa Timur. Oh iya..selama 3 bulan di jakarta, scope kerjaan gue lebih banyak ke "tendering". Bikin estimasi quantity material dan labor. Juga belajar pertama kalinya membaca gambar konstruksi secara real. Di office jakarta ini, gue belajar juga mengenai project management konstruksi. Sebuah bidang yg agak meleset dari ekspektasi gue pertama kali sehabis kuliah, yaitu pengen kerja di bagian engineering (hitung menghitung struktur) hehehe.
Di pasuruan, gue diassign sebagai junior project engineer. Clientnya adalah PT Nestle Indonesia, yang lagi bikin upgrade pabrik susu Dancownya. Wah...surpise juga, dari terbiasa sama kota jakarta yg super sibuk dan macet, gue menjalani hari-hari di kota sekecil pasuruan. Gue nge-kos di dekat lokasi proyek. Hehehe...tau gak, brp biaya nge-kosnya? Cuman Rp 50,000.0 per bulan. Wow...murah amat ya! Kebiasaan gue kalo sarapan adalah beli nasi pecel yang harganya cuman Rp 1,500.0 doank. Sempat sok juga secara finansial, mbandingin cost hidup di jakarta ama di pasuruan, hahahah. Oh iya, tau gak...sewaktu di-assign ke site, gaji gue naik jadi sekitar Rp 2,100,000.0 per bulan. Hehehe...ini kompensasi karena mau bersusah payah ke lapangan (bener kan kata Imam Syafii tadi; dapat pengganti yang lebih).
Kalo masa weekend, gue biasanya silaturahmi ke rumah tante gue yang di surabaya, tante Yati yang tinggal di bendul merisi dan tante Ning yang tinggak di gresik. Mereka semua adalah adik2 ibu gue. So..gue gak gitu kesepian banget selama di proyek, sebab masih punya saudara yg bisa dikunjungi.
Gak lama kali gue di pasuruan, tiba2 dapat kabar kalo adik perempuan gue (Maryama Solehati) akan menikah dengan pria aceh asal Sigli di Meulaboh. Tentu saja gue diharapkan pulang kesana. Padahal schedule project waktu itu lagi sibuk2nya juga. Tapi alhamdulillah gue kesampaian juga pulang ke meulaboh, nengok adik menikah.
Nah...gue terusik juga, loh...kok hidup ini terasa cepat ya? adik gue udah menikah ? nah gue gimana donk ? Hm...pikiran gue lumayan kusut waktu itu. Karena jujur aja waktu di pasuruan, hari2 gue jalanin penuh kesepian, teman gak sebanyak waktu di jakarta. Pokoke sepi sendiri deh, walau kalo weekend (kalo gak ngelembur) ada salurannya hehehe.
Masih ingat kan pembaca, tulisan gue di bagian pertama dengan judul yg sama, bahwa ada seorang adik kelas yang cakep yg sempat gue recognize waktu di sekolah dasar dulu ? ahaaa...., gue terpikat sama dia. Apalagi dia waktu itu juga bagian dari yg menyemarakkan pernikahan adik gue. Wabil khusus, dia juga bekerja di apotik bapak/ibu gue (sayang sehabis tsunami apotik ini tutup karena bagian dari korban tsunami). Hm...pe de ka te-nya jadi rada gampang buat gue hehehe, tapi perjuangan banget deh mendapatkan sampai akhirnya jadi isteri, hahaha. Ya..dia bernama Aulia, putri aceh yg waktu itu masih berumur 22 thn. Pas dengan gue yg waktu itu sudah 25 thn (umur dimana Nabi SAW juga menikahi Khadijah). Jadilah kami menikah pada tanggal 24 Desember 2001.
Beberapa saat sebelum menikah, gue sempat mengajukan lamaran ke PT McDermott Indonesia (Batam). Alhamdulillah, takdir Allah gue diterima disana tgl 29 September 2001. Hehehe..tau gak pembaca, ada episode unik waktu itu. Menurut kontrak kerja, di McDermott Batam, kalo lulus probation period (3 bulan) dengan status single (bujang), akan dapat uang USD 1,500.0 dan kalo status menikah akan dapat USD 3,000.0. Nah...lucunya, gue itu menikah just about kurang sehari aja bedanya dengan tanggal gue seharusnya lulus probation. Jadi, ya rejeki gue cuman dpt USD 1,500.0 aja hehehe. Alhamdulillah duit ini bakal jadi modal awal gue menjalani kehidupan berumah tangga (setara hampir Rp 15juta kurs waktu itu, hehehe).
Merantau lagi kan ke batam ? Kotanya beda lagi dengan pasuruan. Batam kota diliputi laut, jadi terasa lebih panas. Sebenarnya, sebelum alm. Seoharto lengser, batam diproyeksikan jadi kota yang bisa menyaingi singapura. Begitulah kira2 cita2 Habibie waktu itu melalui didirikannya Otorita Batam (OB). Dulu katanya elektronik sangat murah di batam. Tapi sejak era reformasi, sudah gak ada lagi elektronik murah. Salah satu yang unik dari kota batam waktu itu adalah "jembatan barelang" yang cukup tersohor, menghubungkan batam dan rempang serta galang. Jembatan itu salah satu obyek proyek dari dosen sipil gue waktu gue masih kuliah dulu hehehe, dari semua jembatan itu, cable stayed bridge adalah yg paling terkenal dan gue suka hehehe.
Di batam, sewaktu masa probation, gue tinggal di mess company, namanya "Batam House" selama 3 bulan. Lalu sejak gue memboyong isteri ke batam, gue kos di rumah salah satu karyawan McDermott Batam (Pak Anas). Hehehe..jadi malu nih, hidup pertama kali dengan isteri, tinggalnya di kos2an satu kamar. Untungnya kamar mandi di dalam, jadi gak risih hehehe. Mana kasur pun terbeli yang single size, bukan queen atau king. Dan juga gak ada framenya, alias kasur digelar di lantai, hehehe. Suka duka pasangan muda. Maklum, gajinya kan pas2an aja.
Salam,
Bram
Semangat mass :)
BalasHapusBisa minta Email mas Bram?
BalasHapus